Sore ini di tanggal 8 Juni 2020. Ayahmu sedang menunggu jam pulang kantor di ruang kerja. Di saat yang sama, Ayah sedang bertanya-tanya, kenapa Ibumu tidak mengirimkan pesan whatsapp siang ini, seperti yang ia lakukan di hari-hari sebelumnya?
Memang, hanya menanyakan lagi apa ataupun memberikan kutipan semangat. Tapi, itu sudah menjadi teman istirahat siang Ayah beberapa bulan terakhir. Dan, hari ini, pesan itu belum kunjung masuk.
Entahlah nak, bukan ayah bermaksud menuduh, tapi ayah hanya berfikir, Ibumu sedang berjuang berdamai dengan rasa mual dan pusing-pusing belakangan ini. Sebagai tanda bahwa kamu sedang berjuang juga di dalam rahimnya.
Ya. Tepat 14 hari lalu, adalah hari berbahagia bagi kami Ayah dan Ibumu, nak. Pagi itu, Ayah masih terbaring di kasur. Sisa begadang semalam cukup membuat kantuk yang berat. Malam itu Ayah pulang ke kampung. Ibumu tidak ikut. Bukan karena tidak ingin. Tapi Ayah memang tidak membolehkan. Berkendara sepeda motor tidak baik untuk seorang Ibu yang sedang menantikan kehadiran buah hatinya
Hari itu. 26 Mei 2020. Menjelang dhuha. Ibu terdengar kesal. Karena Ayah tidak berkabar sejak bangun subuh. Pesan whatsappnya tidak terbalas. Ayah ketiduran. Tidak sadar ada notifikasi. Ibu-pun memutuskan untuk telepon Ayah. Kitapun bertukar kabar meski ibu terlihat agak kesal. Entahlah. Kita (Ayah dan Ibumu) memang begitu nak. Rindu adalah diksi yang sering menjadi asbab kita saling kesal. Kita tidak terbiasa berjarak. Plus tanpa kabar.
Hari itu, Ibumu sendirian di Rumah. Biasanya ada Mama,Bapak dan Nindy (Adik Ibu). Pagi itu mereka tidak di rumah. Ke pariaman mengunjungi keluarga kakak Ibu. Ayahpun bergegas ke Padang. Semelesat mungkin.
-------------------------------- Ayah sampai rumah --------------------------------------
Sorenya. Ayah baru mendarat di Padang. Tiba-tiba. Di sela-sela sholat ashar. Ibumu memanggil. Agak keras. Semi teriak. Setahunya Ayah sedang sholat, Ibu hanya terdiam. Ayah juga. Kan lagi sholat. Hehe.
Usai sholat. Ayah bertanya.
“Kenapa han? Tadi manggil?”
“Nggak, Ga ada apa-apa” Sambil melempar senyum.
Ayah tidak penasaran waktu itu. Tidak berfikir apa-apa.
Berselang 10 menit. Ibumu kasih sesuatu.
“Alhamdulillah, Byy” Katanya sambil melihatkan plastik putih biru. Ada dua garis merah di tengahnya.
“Allahuakbar”
Dunia serasa lapang hari itu nak.
Kami berpelukan. Ayah berusaha menahan tangis.
Ayah sangat bahagia. Kami sangat bahagia.
Ayah memeluk Ibumu erat.
Sebelum tangisan pecah. Ayah segera memecah suasana. Menjadi lebih santai. Ibumu tidak sadar. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata.
Selamat datang, Nak. Yang kuat yaa.. Ujar Ayah dalam hati.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar